Senin, 10 Oktober 2016

faktor kenaikan impor pertanian terhadap sektor pertanian

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduknya bergerak di sector pertanian.Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah.Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur.Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India.
Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5% atau 51 juta ton. China dan India sebagai produsen utama beras berkontribusi 54%. Vietnam dan Thailand yang secara tradisional merupakan negara eksportir beras hanya berkontribusi 5,4% dan 3,9%.Namun pada kenyataannya Indonesia setiap tahunnya melakukan impor beras untuk menutupih kelangkaan beras yang terjadi.
Dalam konteks pertanian umumIndonesia memiliki potensi yang luar biasa.Kelapa sawit, karet, dan coklat produksi Indonesia mulai bergerak menguasai pasar dunia.Namun, dalam konteks produksi pangan memang ada suatu keunikan.Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan di dunia, hampir setiap tahun Indonesia selalu menghadapi persoalan berulang dengan produksi pangan terutama beras. Produksi beras Indonesia yang begitu tinggi belum bisa mencukupi kebutuhan penduduknya, akibatnya Indonesia masih harus mengimpor beras dari Negara penghasil pangan lain seperti Thailand. Salah satu penyebab utamanya adalah jumlah penduduk yang sangat besar.Data statistik menunjukkan pada kisaran 230-237 juta jiwa, makanan pokok semua penduduk adalah beras sehingga sudah jelas kebutuhan beras menjadi sangat besar.
Thomas Malthus memberi peringatan pada tahun 1798 bahwa jumlah manusia akan meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha pertambahan persediaan pangan hanya dapat meningkat secara aritmatika, sehingga akan terjadi sebuah kondisi dimana dunia akan mengalami kekurangan pangan akibat pertambahan ketersediaan pangan yang tidak sebanding dengan pertambahan penduduk. Pemikiran Malthus telah mempengaruhi kebijakan pangan internasional, antara lain melalui Revolusi Hijau yang sempat dianggap berhasil meningkatkan laju produksi pangan dunia sehingga melebihi laju pertambahan penduduk. Pada saat itu, variabel yang dianggap sebagai kunci sukses penyelamat ketersediaan pangan adalah teknologi (Nasoetion, 2008).Salah satu negara yang mengalami krisis pangan adalah Indonesia.
Pada bulan feberuari 2015 Indonesia mengalami kelangkaan beras yang meresahkan masyarakat Indonesia.Hal ini menjadi trending topic yang sering diperbincangkan oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah kebawah yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok tersebut.Hal ini mengakibatkan terjadinya polemik atau guncangan perekonomian di Indonesia.
Dalam kaitannya dengan perekonomian Indonesia dipengaruhi beberapa Faktor, misalnya saja sumber daya alam (SDA).SDA merupakan penunjang kelangsungan hidup manusia di bumi ini agar dapat bertahan hidup. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi akan semakin banyak barang sumber daya yang diperlukan dalam proses produksi. Pada gilirannya akan mengurangi tersedianya sumber daya alam yang ada di dalam bumi karena barang sumber daya itu harus diambil dari tempat persediaan sumber daya alam. Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang sumber daya dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumber daya alam yang ada di dalam bumi.

1.2         RUMUSAN MASALAH
          Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Sektor-sektor apakah yang mempengaruhi Perekonomian Indonesia?
2.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kenaikan harga beras di Indonesia?
3.      Mengapa Indonesia melakukan impor beras?

1.3  TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian dari makalah ini adalah:
1.      Untuk menjelaskan sektor apa saja yang mempengaruhi Perekonomian di Indonesia.
2.      Untuk menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga beras.
3.      Untuk menjelaskan alasan Indonesia melakukan impor beras.






















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem Perekonomian Indonesia
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.
Ada 3 sistem ekonomi yang pernah dan sedang berkembang di indonesia yaitu :
  • Sistem Ekonomi Demokrasi Indonesia
  • Sistem Ekonomi Pancasila
  • Sistem Ekonomi Kerakyatan
Sistem Ekonomi Demokrasi Indonesia
Landasan Sistem ekonomi indonesia menurut UUD 1945 hasil amandemen yang disahkan oleh MPR pada 10 Agustus 2002 yaitu Pasal 33 ayat 1,2 dan 3 yang berbunyi : Sistem ekonomi demokrasi indonesia kegiatan ekonomi dilakukan dari rakyat , oleh rakyat dan untuk rakyat , pemerintah hanya bertugas membimbing , mengawasi dan mengarahkan .
Ciri-ciri sistem ekonomi demokrasi indonesia :
  • Perekonomian di susun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
  • Cabang produksi yang menguasi hajat hidup orang banyak dikelola negara untuk kepentingan rakyat.
  • Bumi , air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan di gunakan untuk kesejahteraan rakyat.
  • Hak milik perorangan diakui selama tidak bertentangan dengan kepentingan umum
  • Fakir , miskin dan anak terlantar di pelihara negara.
Sistem Ekonomi Pancasila
Sistem ekonomi yang memposisikan rakyat sebagai pelaku utama , memperhatikan sektor koperasi , dan mengembangkan kekuatan moral masyarakat.
Ciri-ciri sistem ekonomi pancasila :
  • Digunakan koperasi sebagai soko guru perekonomian indonesia.
  • Dikembangkannya kekuatan moral dalam kegiatan ekonomi.
  • Adanya keseimbangan yang jelas antara perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi keuangan.
Sistem perekonomian yang diterapkan oleh negara Indonesia adalah Sistem perekonomian Pancasila.Ini artinya sistem perekonomian yang dijalankan di Indonesia harus berpedoman pada Pancasila.Sehingga secara normatif Pancasila dan UUD 1945 adalah landasaan idiil sistem perekonomian di Indonesia.Sistem Ekonomi Pancasila yang didalamnya mengandung unsur penting yang disebut Demokrasi Ekonomi. Sistem Demokrasi Ekonomi dipilih karena memiliki ciri-ciri yang positif bagi Indonesia, diantaranya adalah :
  • Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
  • Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
  • Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendakinya serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
  • Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
  • Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
  • Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Sistem Ekonomi Kerakyatan
Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang memihak dan melindungi kepentingan ekonomi rakyat melalui upaya-upaya dan program-program pemberdayaan ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan bisa juga di sebut sub-sistem dari sistem ekonomi Pancasila,dan system ini rakyat terlindung dalam hal kepentingan ekonomi rakyat,sehingga rakyat miskin dapat menadapatkan perlakuan hukum yang sama,dan tidak ada perbedaan antara yang kuat dan yang lemah.
Ciri-ciri sistem ekonomi kerakyatan :
1)       Berkeadilan dengan prinsip persaingan yang sehat.
2)       Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
3)       Menjamin kesempatan berusaha dan bekerja.
2.2  Sektor – Sektor dalam Perekonomian Indonesia
Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai bidang, biasanya bidang – bidang tersebut berdasarkan letak geografis pulau – pulau di Indonesia. Adapun bidang – bidang tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Sektor Pertanian Dan Perternakan.
Indonesia merupakan negara agraris, sehingga sebagian besar rakyat indonesia bermata pencarian sebagai petani dan peternak. Adapun kontribusi sektor pertanian dan peternakan terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia Sektor ini mencakup sub sector tanaman, bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.pandangan positif sektor ini antara lain sebagai berikut :
1)      Kontribusi Produk
Pertanian dan peternakan sangat berperan dalam kehidupan manusia terutama warga Indonesia yang kebutuhan pangannya didominasi dengan bidang pertanian dan peternakan seperti beras, sayuran, buah, daging, susu, kulit dan lain sebagainya. Pertanian juga berperan sebagai penyuplai bahan baku yang nantinya akan diolah oleh industri manufaktur
2)      Kontribusi Pasar
Dengan adanya pertanian dan peternakan dapat dibentuk sebuah sistem pasar bebas yang di dalamnya terjadi berbagai pertukaran kebutuhan pokok dengan uang. Dalam kondisi ini Pemerintah juga ikut serta dalam penetapan harga – harga yang terjadi di pasar bebas
3)      Kontribusi devisa
Pertanian dan peternakan mampu memberikan devisa kepada negara apabila pertanian dan peternakan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produk pertanian ataupun peternakan. Hal ini harus dilakukan agar para petani dan peternak Indonesia mampu meningkatkan ekpor dan mengurangi impor.
Pandangan negatif pada sektor pertanian dan peternakan adalah rendahnya ouput bidang pertanian di wilayah Indonesia disebabkan adanya :
1)      Perubahan Iklim
Dengan perubahan iklim kemarau para petani sangat membutuhkan pasokan air untuk mengirigrasi daerahnya, maka oleh karena itu harus ditemukan sebuah inovasi untuk menangani masalah tersebut
2)      Lahan Pertanian
Dewasa ini lahan pertanian di Indonesia sudah semakin berkurang, hal itu disebabkan karena adanya pembangunan gedung – gedung dan sebagainnya. Dalam menanggapi hal ini sebaiknya pemerintah menetapkan undang – undang pengkhususan lahan pertanian
3)      Kualiatas SDM rendah
Petani di Indonesia pada umumnya masih tradisional, belum menggunakan mesin – mesin pembantu yang dialakukan seperti negara –negara maju lainnya, hal inilah yang menyebabkan output pertanian belum bisa menyaingi hasil output dari luar negeri
4)      Rendahnya penggunaan Teknologi
2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Indonesia dapat menjadi negara maju apabila memiliki sumber daya manusia yang unggul dalam menangani masalah sumber daya alam. Banyak pertambangan di Indonesia dimiliki oleh perusahaan asing sehingga kurang membantu untuk sebagai penambahan devisa ekonomi negara. Peran industri pertambangan semakin penting bagi perekonomian negara-negara di dunia termasuk di Indonesia.Indonesia menduduki urutan ke-11 dengan nilai produksi mineral $12,22 miliar atau setara dengan Rp109,98 triliun menyumbang 10,6% dari total ekspor barang pada 2010.
Pandangan positif terhadap sektor pertambangan dan penggalian :
1)      Membuka lapangan pekerjaan untuk warga Indonesia
2)      Meningkatkan pendapatan negara
3)      Menambah para penambang dan peneliti yang datang ke indonesia, karena banyak di temukannya material – material pertambangan
4)      Membuka lahan investasi yang nantinya akan dijadikan sebagai pendapatan negara.
Pandangan Negatif terhadap pertambangan dan penggalian
1)      Ekploitasi yang berlebihan dapat merusak kesimbangan ekosistem lingkungan
2)      Menyisakan ampas – ampas pertambangan yang akan mencemari alam
3)      Ketidakmampuan Pemerintah dalam menyikapi perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Seharusnya pemerintah mempunyai batasan quota yang tegas kepada perusahaan asing agar tidak merugikan penduduk Indonesia.
3. Sektor Industri Pengolahan (Manufaktur)
Mencermati hasil pembangunan dan perkembangan industri selama 30 tahun dan juga dalam rangka mencari jalan keluar akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, maka sasaran pembangunan industri untuk masa 2005 sampai dengan 2009 ditetapkan sebagai berikut :
1)      Sektor industri manufaktur (nonmigas) ditargetkan tumbuh dengan laju rata – rata 8,56 persen per tahun. Target peningkatan kapasitas utilasi khususnya subsektor yang masih berdaya asing sekitar 80 persen.
2)      Target penyerapan tenaga kerja dalam lima tahun mendatang adalah sekitar 500 ribu per tahun (termasuk industri pengolahan migas).
3)      Terciptanya iklim usaha yang lebih kondusif baik bagi industri yang sudah ada maupun investasi baru dalam bentuk tersedianya layanan umum yang baik dan bersih dari KKN, sumber – sumber pendanaan yang terjangkau, dan kebijakan fiskal yang menunjang.
4)      Peningkatan pangsa sektor industri manufaktur di pasar domestik, baik untuk bahan baku maupun produk akhir.
5)      Meningkatnya volume ekspor produk manufaktur dalam total ekspor nasional.
6)      Meningkatnya proses alih teknologi dari foreign direct investment (FDI)
7)      Meningkatnya penerapan standarisasi produk industri manufaktur sebagai faktor penguat daya saing produk nasional.
8)      Meningkatnya penyebaran sektor industri manufaktur ke luar Pulau Jawa, terutama industri pengolahan hasil sumber daya alam.
Pandangan Positif mengenai sektor Industri :
1)      Membuka lapangan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran di Indonesia, khususnya di Ibu kota.
2)      Menigkatkan SDM yang berkualitas karena bidang industri membutuhkan pengetahuan – pengetahuan mengenai perkembangan dan pertumbuhan industri.
3)      Dapat bersaing dengan negara luar dengan meningkatkan kuaitas ouptut industri.
Pandangan negatif terhadap sektor Industri :
1)      Diperlukannya kemampuan untuk peningkatan pemikiran tentang industri.
2)      Dibutuhkannya modal yang sangat besar dalam menciptakan suatu industri.
4. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran
Seperti yang kita lihat sekarang, di setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki hotel dan retoran atau rumah makan. Dan tidak dapat di ragukan lagi, sebagian besar yang mempengaruhi perekonomian di Indonesia adalah kegiatan perdagangan, namun  tingkat konsumsi di Indonesia juga cukup besar.
Pandangan positif terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran
1)      Membuka lapangan kerja baru bagi warga Indonesia
2)      Meningkatkan kerjasama terhadap warga asing untuk penambahan pelatihan kemampuan di bidang tersebut
3)      Menambah pendapatan nasional Negara
4)      Menciptakan bibit – bibit uggul dalam inovasi-inovasi terbaru di bidang hotel dan restoran maupun perdagangan.
Pandangan negatif  terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran :
1)      Karena kurangnya pemikiran dan perhitungan yang matang sehingga banyak usaha perdagangan, hotel maupun restoran negeri kalah saing dengan usaha asing yang di tanamkan di Indonesia.
5. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi
Pemerintah tetap optimistis sektor komunikasi dan transportasi dapat menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi tahun depan, meskipun pertumbuhan sektor komunikasi diperkirakan mengalami kejenuhan. Bambang PS Brodjonegoro, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan tahun depan tren komunikasi turun, tetapi transportasi tetap tinggi sehingga pertumbuhannya bisa 12,1%.Sektor yang mungkin akan memberikan dampak cukup baik terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah transportasi. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya pertumbuhan sektor jasa angkutan udara, darat, dan laut yang terkait dengan arus distribusi barang antarwilayah.Pemerintah melihat kedua sektor tersebut masih menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berjalan seiringan. Kedua kontribusi tersebut mengalahkan sumbangan sektor manufaktur yang diperkirakan dapat tumbuh 6,5% tahun depan dan sektor pertanian yang diperkirakan tumbuh 3,7%. Untuk mencapai target pertumbuhan 6,8% tahun depan, pemerintah harus mampu meningkatkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,9%, konsumsi pemerintah sebesar 6,7%, Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 11,9%, dan ekspor neto 5,2%.
Pandangan positif terhadap perusahaan komunikasi :
1.         Menjadikan Indonesia sebagai negara global dengan mengetahui informasi-informasi dari luar
2.         Meningkatkan kualitas intelegensi sumber daya manusia di bidang IPTEK
3.         Membuka lapangan pekerja untuk mengurangi pengangguran
4.         Menciptakan persaingan yang berunsur pengetahuan dan teknologi
5.         Semakin mudah mencari informasi – informasi yang tersebar di pelosok dunia
6.         Menambah pendapatan negara.
Pandangan Negatif terhadap perusahaan komunikasi :
1.      Banyak orang yang menggunakan informasi untuk sesuatu yang merugikan orang lain, seperti penipuan, pembobolan data dan lain-lain
2.      Banyak informasi yang tidak bermoral yang tersebar, namun perusahaan komunikasi tidak menyaring informasi – informasi tersebut.
6. Sektor Jasa
Tidak hanya barang yang dapat diperdagangkan namun jasa atau kemampuan pun dapat diperjual belikan misalnya seperti, perusahaan asuransi, travel, akuntan publik, guru, dan masih banyak lagi.
Pandangan positif terhadap sektor jasa :
1.             Mampu meningkatkan kulitas SDM Indonesia
2.             Banyaknya usaha – usaha di bidang jasa sehingga membuka lapangan pekerjaan
3.             Mempermudah kegiatan manusia
4.             Menambah pendapatan Negara
5.             Banyak membutuhkan tenaga kerja manusia sehingga mengurangi pengangguran.
Pandangan negatif terhadap sektor jasa :
1.      Manusia menjadi saling bersaing melakukan segala cara untuk mendapat posisi terbaik
2.      Membuat manusia malas berusaha karena adanya kemudahan yang diberikan oleh peusahaan jasa.
7. Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang merupakan sector penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas seluruh sector kegiatan industri, ternyata perkembangannya cukupb pesat. Hampir seluruh kegiatan di sector listrik dan air bersih dimonopoli oleh pemerintah, sehingga sector ini bisa
8. Sektor Kontruksi
Hadirnya perusahaan-perusahaan industri pengolahan yang bakal beroperasi di Tuban membawa pengaruh positif pada sektor konstruksi. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban mencatat, sektor ini mengalami lonjakan pertumbuhan lumayan menjanjikan setahun terakhir. “ Presentase pertumbuhannya mencapai 15,64 persen. Meningkat jauh dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 8,24 persen,” jelas Bambang Indarto, Kasi Statistik Sosial BPS Kabupaten Tuban, Rabo (12/12). Tahun-tahun sebelumnya, lanjut Bambang Indarto, laju pertumbuhan sektor konstruksi selalu fluktuatif. Pada 2007 pertumbuhannya tercatat hanya sampai 5,79 %. Tahun berikutnya ada peningkatan sedikit menjadi 6,62 %, namun di tahun 2009, presentase pertumbuhan sektor ini kembali menurun menjadi 5,41 %. Tren positif mulai tampak memasuki tahun 2010. Di tahun tersebut sektor kontruksi mengalami kenaikan sebesar 8,24 % dan melonjak pesat tahun berikutnya hingga mencapai 15,64 %. Pada 2010, tercatat sektor konstruksi memberi kontribusi sebesar Rp 86.513.410.000 atau 0,45 % dari total PDRB berdasar harga berlaku (IDHB). Tahun berikutnya sektor ini menyumbang Rp 110.689.580.000 atau 0,52 % pada PDRB IDHB.
9. Sektor Keuangan, Real Estat Dan Jasa Perusahaan
Pada rilis PDB Indonesia kemarin (5/2), salah satu sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan. Sektor ini mencatat pertumbuhan 7.56% di tahun 2013, cukup jauh diatas sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan ini menandai meningkatnya peran sektor tersebut dalam perekonomian Indonesia saat ini. Perkembangan real estate cukup impresif, mengingat banyaknya isu dan pro-kontra di sektor ini. Pertama adalah regulasi Bank Indonesia. Sejak krisis 97/98, Bank Indonesia telah menetapkan aturan yang tergolong ketat di bidang kredit perumahan. Ini diperkuat lagi oleh kebijakan Loan to Value (LTV) yang dirilis September 2013 lalu. Kebijakan tersebut melarang kredit pada uang muka dan membatasi kredit yang bisa diberikan untuk rumah kedua. Regulasi tersebut membuat penyaluran kredit rumah melambat di kuartal keempat tahun 2013. Kedua di real estate adalah dilema perumahan versus tanah pertanian dan pelestarian lingkungan. Seiring dengan pertumbuhan real estate, oposisi pun makin vokal menyerukan pengetatan pemberian ijin pembangunan bangunan baru. Gubernur Jakarta, Joko Widodo, bahkan telah membatasi pemberian izin pembangunan gedung tinggi dan pusat perbelanjaan.
Dengan beraneka isu tersebut, sektor properti Indonesia tahun 2014 kemungkinan akan mengalami pertumbuhan yang beragam. Real estate di pulau Jawa nampaknya telah mengalami kejenuhan di sisi suplai. Namun demikian, perkembangan golongan ekonomi menengah akan mendorong demand di sektor ini, khususnya untuk apartemen. Sedangkan di luar Jawa, kebutuhan perumahan masih jauh dari terpenuhi, dan ini merupakan kesempatan bagi para pengembang.













BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sektor Pertanian di Indonesia
Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian dan perkebunan (padi, jagung, sagu, dll ) sebagai salah satu mata pencahariannya. Kegiatan pertanian ini sangat besar pengaruhnya dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia sehingga kegiatan pertanian ini tidak dapat diabaikan dan berpengaruh juga terhadap tumbuh kembangnya setiap negara. Mengingat negara Indonesia merupakan negara yang subur akan tanah, kaya akan sumber daya alam, sehingga berpotensi tinggi dalam mengembangkan usaha pertanian. Sudah seharusnya kita mengolah setiap limpahan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin dengan memanfaatkan sektor pertanian dinegara kita yang turut meningkatkan pula sektor pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung membangkitkan sektor-sektor lainya dalam memajukan bangsa. Perlu kita ketahui mengapa sektor pertanian ini perlu dikembangkan dan dimajukan dinegara kita. Disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1.        Potensi Sumber Daya Yang Sangat Besar dan Beragam
Indonesia merupakan wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang amat subur memiliki letak astronomis 6° LU – 11°LS dan 94°BT – 141°BT menandakan bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah yang subur dan beriklim tropis. Potensi wilayah yang demikian sangat baik kaitannya dalam pengembangan sektor pertanian. Ini menandakan faktor iklim yang sangat mempengaruhi faktor terbentuk dan tumbuh suburnya setiap tanaman. Iklim di Indonesia yang cukup dalam memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, mempengaruhi tumbuh suburnya setiap tanaman dengan mudah.
Meskipun sektor pertanian kelihatannya mudah dan berpengaruh kecil terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) namun disinilah kekayaan yang berlimpah yang dianugerahi oleh alam kepada negara kita yang perlu dikembangkan dan diolah demi peningkatan pendapatan perekonomian negara, serta mampu berdaya saing dengan negara-negara lain sebagai pengekspor bahan baku alam dan menjadi pemenuhan kebutuhan bagi setiap masyarakatnya.

2.        Pangsa Pasar Terhadap Pendapatan Nasional Cukup Besar
Bila dilihat dari segi ekonomi sektor pertanian ini mampu menaikan PDB kita dan membawa keuntungan tentu saja apabila ditingkatkan hasil produksinya dan mencari wilayah yang dianggap memiliki pangsa pasar yang luas. Tidak perlu melihat secara jauh atau mencari pangsa pasar kenegara luar. Melihat dari segi kuantitas wilayah Indonesia yang terdiri dari ±250 juta jiwa saja sudah menjadi target utama pangsa pasar yang cukup ekonomis dan menguntungkan bagi kita. Apalagi ditambah bila kita mampu menembus kepasar luar yang membutuhkan barang-barang hasil pertanian negara kita. Ini merupakan suatu perencanaan yang cukup bagus dalam menembus pasar dunia bahkan bisa meningkatkan pendapatan negara dari sektor pertanian berkali-kali lipat dari biasanya. Dari pembelajaran inilah kita bisa menentukan setiap target yang akan ditempuh kedepanya dengan melirik kepada sector yang dianggap kecil sebenarnya bisa memberi keuntungan yang besar.
Namun bukan semudah membalikan telapak tangan dalam melakukan sutau proses pencapaian target ini. Di setiap titiknya dibutuhkan suatu perjuangan yang tidak gampang bisa dikatakan demikian mengapa, karena bila kita melihat kebelakang kita akan mengetahui seberapa besar kendala-kendala yang menjadi penghambat dalam memajukan sektor pertanian yang memang membutuhkan kepedulian dari seluruh pihak. Agar pencapaian akan tujuan tersebut dapat terlaksana.

3.        Peranan Petani Dalam Penyediaan Pangan Masyarakat
Peranan petani tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan masyarakat. Mengapa demikian karena petani menjadi pemasok setiap kebutuhan pangan dari setiap anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari. Tanpa adanya petani manusia tentu tidak dapat memenuhi kebutuhannya bahkan harus mengimpor barang-barang pangan dari luar. Untuk wilayah Indonesia profesi sebagai petani mampu mengurangi angka pengangguran yang cukup besar dimana sektor pertanian terbuka secara luas asalkan memiliki modal dan pengetahuan yang cukup dalam pengelolaaan usaha tani tersebut. Keterkaitan peran para petani dengan masyarakat bisa disamakan sebagai keterkaitan antara produsen dengan konsumen. Dimana produsen harus selalu menyediakan setiap saat barang-barang kebutuhan dari konsumennya. Oleh karena itu terdapat saling ketergantungan antara peran petani dengan masyarakat dalam pemenuhan setiap kebutuhan masyarakat.

4.        Menjadi Basis Pertumbuhan Ekonomi
Sektor pertanian menjadi salah satu dari unsur-unsur yang mengisi pertumbuhan perekonomian disetiap negara. Dengan kata lain sektor pertanian meski hanya menyumbang tidak sampai dari ¼ pendapatan negara tetapi menjadi penopang terhadap pendapatan dari setiap negara terutama di Indonesia yang tiap tahunnya mengekspor biji mete, beras, dan berbagai bahan pokok lainya dalam pangan menjadi pemasukan devisa negara tiap tahunya.
Menurut laporan BPS, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto terbesar dalam PDB berdasarkan harga berlaku triwulan I-2010 adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp380,9 triliun, kemudian sektor pertanian Rp239,4 triliun, disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp208,0 triliun. Sementara sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp168,1 triliun, sektor konstruksi sebesar Rp150,4 triliun, sektor jasa-jasa sebesar Rp139,2 triliun, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan sebesar Rp107,6 triliun dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp93,4 triliun, serta terakhir sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp11,7 triliun.
Dari data BPS tersebut bisa kita definisikan bahwa sector pertanian menempati peringkat ke-3 setelah sektor industry dalam pendapatan negara tiap tahunya. Melihat dari data BPS tersebut dapat dikemukakan bahwa sector pertanian merupakan sector yang cukup menguntungkan dan akan lebih meningkatkan devisa negara apabila ditingkatkan dan disebarluaskan pangsa pasarnya khususnya dalam pemasaran produk-produk local negara kita sehingga tidak kalah saing dengan produk-produk luar yang bermunculan saat ini.

5.        Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja
Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.

6.        Kontribusi Pertanian Terhadap Devisa
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah. Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestic disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.

Dalam pengembangan sektor pertanian di negara kita, kita tidak bisa begitu saja menutup mata dan mengabaikan setiap kendala yang terjadi karena dalam setiap usaha pasti menemui batu kerikil yang menjadi penghambat dalam kemajuan. Begitu pula yang kita lihat pada sektor pertanian di Indonesia banyak sekali kendala atau faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan sektor pertanian misalnya seperti ketersediaan lahan, keterbatasan modal, kondisi iklim yang kurang mendukung dan lain-lain. Perlu kita kaji demi penemuan solusinya dalam penuntasan masalah tersebut. Berikut beberapa penjelasan umum mengenai problema yang menghampiri para petani di Indonesia yang terperinci sebagai berikut:
1.      Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia
Luas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani di Indonesia rata-rata kecil mengingat harga tanah yang semakin mahal sedangkan kemampuan para petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah minim ditambah harus membeli lahan yang harganya semakin melonjak. Yang memungkinkan hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua.
Semakin sempitnya lahan untuk bertani karena penyebaran pembangunan gedung-gedung industri yang bertambah jumlahnya disetiap lokasi. Hal ini tentunya dapat mengurangi wilayah para petani untuk bercocok tanam. Sedangkan kebutuhan manusia akan pangan semakin meningkat tidak diimbangi oleh ketersediaan lahan dan pembangunan gedung-gedung industry yang tidak terencana tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Sedangkan pada daerah-daerah pedalaman masih banyaknya “Lahan Tidur” yang artinya lahan tersebut belum tergarap maupun tersentuh oleh tangan-tangan manusia sementara lahan disuatu wilayah strategis cenderung menjadi rebutan dengan harga yang mahal. Ini mencerminkan bahwa penyebaran penduduk diwilayah Indonesia yang belum merata.
2.      Masalah Dari Petani Sendiri dan Mentalitasnya
Pendidikan formal petani yang masih rendah menyebabkan pengetahuannya dalam pengembangan sektor pertanian tidak berkembang dan cenderung monoton hanya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah. Hasil panen yang tidak seberapa menyebabkan petani tidak memiliki modal dalam pengembangan usahanya ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kehidupan para petani kurang sejahtera di wilayah Indonesia. Serta menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, sementara 50 juta penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Kaum petani cenderung menggantungkan hidupnya pada pemerintah dan lebih bersikap pasrah pada kondisi kehidupannya pada saat ini. Seharusnya mereka lebih meningkatkan jiwa kewirausahaanya dalam pengembangan sector usaha diberbagai bidang dan jangan hanya terpacu pada sector pertanian yang hasilnya diperoleh pada periode dan musim-musim tertentu.
3.      Masalah Teknologi
Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan pangan, belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang lebih banyak menggunakan peralatan tradisional seperti : cangkul, arit, dll. Yang pada kenyataannya lebih banyak memakan waktu dan tenaga. Dibanding menggunakan peralatan dan teknologi modern yang telah diterapkan dinegara-negara luar. Penerapan teknologi di negara kita terkadang kurang tepat pada sasaran dimana disatu sisi peralatan teknologi tersebut mampu membantu dan meningkatkan kualitas pangan tetapi disisi lain peralatan tersebut merusak ekosistem yang ada tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.

3.2    Kondisi Tanaman Pangan (Beras) di Indonesia
Dewasa ini kondisi beras di Indonesia semakin melonjak dikarenakan tingkat konsumsi beras di Indonesia juga mengalami peningkatan yang signifikan sementara itu tingkat produksinya mengalami penurunan. Indonesia masih mengimpor beras dari luar negeri karena konsumsi Indonesia terhadap beras sangat tinggi karena beras merupakan makanan pokok di Indonesia.














Dibandingkan dengan Amerika Serikat, jumlah penduduk Indonesia lebih sedikit.Namun tingkat konsumsi beras Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat.Begitu pula jika dibandingkan dengan Jepang, Indonesia mengkonsumsi beras lebih banyak. Tabel berikut akan menggambarkan perbandingkan tingkat konsumsi beras antara Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, India dan China.
Tabel 1 Data Perbandingan Konsumi Beras  Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, India dan China.
Sumber : AMIS Statistic, FAO (2013) diolah
China dan India sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar merupakan pengkonsumsi beras terbesar pula.Berikut adalah tingkat ketersediaan beras dibawah akan menunjukkan perbandingan antara kelima Negara dalam produksi padi.
Tabel 2 Data Perbandingan Produksi Beras
Sumber : AMIS Statistic, FAO (2013) diolah
Tingkat konsumsi beras yang rendah berbanding lurus dengan produksinya.Inilah yang tergambar dari Amerika Serikat dan Jepang.                                                                  
Tabel 3 : Data tingkat produksi dan konsumsi
 




                                                                                                 



 

                                               

                                                                                                           








Sampai saat ini, kegiatan impor juga masih dilakukan oleh Indonesia, khususnya impor beras. Impor sama dengan membeli hanya saja uangnya masuk pendapatan negara lain. Impor beras Indonesia seperti yang dikatakan oleh media neraca.co.id (27/03/2013), masih mengimpor dari negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.Baru-baru ini seperti yang diberitakan oleh kompas.com menyebutkan bahwa Indonesia masih mengimpor beras, padahal produksi padi Indonesia mengalami surplus.Berdasarkan data dari Badan Pusat Statitik (BPS), produksi padi tahun 2013  mencapai 71.279.709 ton dengan produktivitas sebesar 51,52. Produksi padi tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang sebesar 69.056.126 ton dengan produvtivitas sebesar 51,36. Produksi padi tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan sebanyak 70,61 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan sebanyak 0,67 juta ton (0,94 persen) dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 66,93 ribu hektar (0,48 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar (0,47 persen)Kenyataan tersebut menjadi deskripsi sepintas mengenai besarnya produksi beras Indonesia. Tetapi, tetap saja pemerintah melalui BULOG harus mengimpor lantaran konsumsi beras masyarakat Indonesia yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika tidak mengimpor, maka akan terjadi kenaikan harga beras dalam negeri yang tinggi sebab jumlah permintaan lebih tinggi dari jumlah persediaan beras dalam negeri. Meskipun di satu sisi, impor juga akan menghancurkan harga beras di tingkat petani karena harga mereka berpotensi dipermainkan oleh para tengkulak.
Pada tahun 2010 Kementerian Perdagangan menyatakan bila kenaikan harga beras yang terjadi mulai awal tahun ini di beberapa daerah di Indonesia disebabkan oleh tujuhfaktor utama.Hal tersebut seperti dikatakan Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Robert James Bintaryo, dalam siaran persnya, seperti dikutip dari situs resmi Departemen Perdagangan, di Jakarta, Minggu (24/1/2010).Adapun ketujuh faktor tersebut yakni,
1.      karena pengaruh psikologis kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tahun 2010 sebesar 10 persen, sesuai dengan Inpres No.7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan.
2.      Kedua, mundurnya masa tanam yang mengakibatkan mundurnya panen, sehingga masa paceklik menjadi lebih panjang.
3.      Ketiga, beras bersubsidi (rasdi) yang belum berjalan penuh atau optimal.
4.      Keempat, ekspektasi pedagang dengan gencarnya berita tentang kenaikan harga beras dunia.
5.      Kelima, spekulasi kenaikan harga pupuk yang diperkirakan akan diberlakukan mulai April 2010.
6.      hambatantransportasi akibat gangguan cuaca.
7.      ketujuh, stok petani, penggilingan dan pedagang relatif menipis.
Melambungnya harga beras mengawali tahun 2015 dengan cukup berat.Di hampir semua wilayah, kenaikan harga beras cukup terasa.Selain faktor alam, munculnya gejala ini diduga terkait dengan mafia perberasan yang melibatkan oknum Perum Bulog, pergudangan, dan petani skala besar.Pemerintah pun tak tinggal diam untuk mengatasi masalah ini.Kali ini, bukan melalui opsi impor beras, melainkan lewat operasi pasar karena cadangan beras ternyata masih cukup. Pada Februari 2015,Perum Bulog masih memiliki persediaan 1,4 juta ton beras. Persediaan yang diperkirakan masih cukup hingga musim panen tiba. Sebagian dari persediaan itu digunakan untuk operasi pasar di sejumlah daerah, seperti Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jambi, Kalimantan Barat, dan Banten.Kenaikan harga beras sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa terjadi. Namun, lonjakan harga yang ekstrem dalam waktu relatif singkat menjadi tanda tanya besar. Tidak hanya faktor alam, faktor perlakuan pasca panen juga turut berpotensi memengaruhi masalah ini.Setidaknya ada empat hal yang diduga menjadi penyebab sulitnya mengontrol kenaikan harga beras saat ini :
1.    musim hujan yang datang terlambat pada 2014, seharusnya datang mulai Oktober, justru turun akhir November. Akibatnya, masa tanam padi di sejumlah tempat terpaksa mundur karena asupan air irigasi yang belum tersedia.
2.    Banjir yang sempat menenggelamkan lahan pertanian di sejumlah daerah. Pertengahan Februari 2015, tidak kurang dari 2.300 hektarlahan pertanian di Serang, Banten, terendam banjir. Potensi kehilangan panen di Kabupaten Serang diperkirakan sebesar 12.000 ton gabah kering giling. Di Sanggau, Kalimantan Barat, banjir dengan ketinggian 1,5 meter pada pertengahan Januari 2015 mengakibatkan puluhan hektar lahan sawah di kabupaten itu mengalami gagal panen.
3.    Dugaan penimbunan beras yang terjadi di beberapa area pergudangan. Misalnya, penimbunan beras operasi pasar khusus yang ditemukan di area pergudangan di Pulogadung dan Klender, Jakarta Timur. Temuan itu didapati ketika dilakukan inspeksi mendadak oleh sejumlah lembaga pemerintahan. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, terdapat 10.400 gudang penyimpanan yang dikelola swasta di seluruh Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan kegiatan penimbunan juga terjadi oleh mereka.
4.    Adanya mafia beras yang juga dilakukan oknum internal Perum Bulog. Hal ini dikuatkan oleh keterangan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel setelah melakukan inspeksi mendadak di salah satu gudang beras di Cakung, Jakarta Timur. Ditemukan kegiatan pengoplosan antara beras Perum Bulog dan beras lain, dikemas ulang, dan dijual dengan harga lebih mahal. Di tempat terpisah, juga terdapat temuan beras ilegal atas nama Perum Bulog yang masuk ke Pasar Induk Besar Cipinang, Jakarta Timur. Selain itu, terdapat penyalahgunaan delivery order (DO), yang merupakan dokumen, sebagai surat perintah penyerahan beras. DO operasi pasar dengan kemasan 15 kg tercantum nama perusahaan penerima yang tidak sesuai.









BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian sangat dibutuhkan negara Indonesia untuk menunjang pendapatan nasional serta kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam bidang pangan.Maka dari itu pemerintah harus memberi perhatian yang lebih kepada sektor pertanian agar tidak terjadi lagi masalah kenaikan beras yang melonjak serta agak Indonesia tidak melakukan impor beras lagi. Untuk menanggulangi masalah – masalah di sektor pertanian, pemerintah dapat menerapkan kebijakan :
1.         Kebijakan Harga, kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak Negara dan biasanya digabung dengan pendapatan sehingga disebut kebijakan harga dan pendapatan (price and income policy).Secara teoritis kebijakan harga dapat dipakai mencapai tiga tujuan yaitu:
-            Stabilisasi harga-harga hasil pertanian terutama pada petani
-            Meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan nilai tukar (term of trade)
-            Memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi
2.         Kebijakan structural, dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan penguasaan alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik maupun social ekonomi. Kebijakan structural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah.
3.         Menyediakan lahan pertanian yang tepat, hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dalam negeri. Karena seperti yang diketahui, lahan pertanian saat ini sangatlah sempit. Ini terjadi karena banyaknya perumahan dan gedung-gedung pembelajaan menggunakan lahan pertanian yang ada.
4.         Melakukan penyuluhan kepada petani, hal ini dimaksudkan agar petani dapat memahami secara jelas tentang cara bercocok tanam yang baik. Karena sebagian petani pada umumnya kurang memahami dalam hal menggunakan pupuk tanaman dan obat pembasmi serangga (pestisida). Bila para petani kurang memahami hal itu, maka akan ditakutkan akan terjadi perusakan ekosistem yang berada disekitarnya. Oleh karena, sebaiknya para petani diberikan penyuluhan khusus dalam hal bercocok tanam. Ini bertujuan agar hasil produksi yang dihasilkan dapat memiliki nilai yang berkualitas tinggi.
5.         Pemerintah harus melakukan pengawasan berkala dan operasi pasar untuk mencegah penimbunan beras di daerah – daerah.



















DAFTAR PUSTAKA


Artikel Terkait:

0 Comments:

Posting Komentar

Monggo sarannya