Universitas
Negeri Malang (UM) menemukan metode pemasangan bambu untuk campuran beton.
Produk itu bernama Angker Bambu. Peggunaan angker ini bisa menguatkan beton dan
sambungannya hingga dua kali lipat.
Dr Ir Baiq Sri
Umniati MT adalah sosok di balik inovasi ini. Jebolan doktor dari Universitas Brawijaya ini
tengah mengamati hasil penelitian angker bambunya yang sudah dimulai sejak
2013. Hasil penelitian itu tersimpan dalam laptopnya.
Bentuk angker
bambu itu boleh dibilang unik, berupa setengah lingkaran bambu, dan memiliki
panjang sekitar 25 centimeter. Pada bagian atas, bambu tadi dipotong seukuran
dua centimeter supaya bisa dikaitkan dengan rangka beton.
Jika seluruh
proses pembuatan angker bambu selesai, alat tersebut masih belum bisa
digunakan. Angker tadi harus dikeringkan terlebih dulu selama satu bulan guna
mengurangi kadar air dalam bambu.
Selanjutnya,
bambu juga harus dicat terlebih dulu, lalu diberi pasir. Cat itu berguna untuk
menempelkan pasir pada bambu.
“Pemberian
pasir di bambu supaya angker tak bergeser selama berada di dalam beton. Sebab,
penggunaan bambu di beton membuat rongga. Pasir ini berguna untuk menutup
rongga-rongga tadi, sehingga bambu ini mencengkeram beton,” jelas Ketua Jurusan
Teknik Sipil UM ini.
Apabila seluruh
proses ini dilewati, maka angker bisa dipasang. Angker dipasang di empat sisi
rangka balok, lalu diberi pengait supaya angker tak bergeser saat proses
pembuatan semen.
“Dalam
penelitian ini, saya memasang angker dan kekuatannya pada sambungan beton
balok,” katanya.
Penelitian itu
untuk melihat kemampuan angker bambu menahan beban pada beton bambu bangunan
bertingkat.
Hasilnya,
“Angker bambu ini bisa menahan beban vertikal beton hingga 10 ton. Untuk beban
horisontal, kemampuannya bisa lebih dari 200 ton,” ungkapnya.
Hasil penelitian
itu,mengindikasikan bahwa penggunaan Angker Bambu membuat bangunan tahan gempa.
“Angker tidak membuat beton patah, ataupun bengkok jika terkena goyangan
gempa,” katanya.
Keuntungan lain
dari penelitian ini, lanjutnya adalah biaya pembuatan beton yang murah. Ini
disebabkan seluruh bambu didapat dari alam sekitar. Sri mengaku mendapatkan
bambu tadi dengan gratis.
Meski demikian,
penelitian ini memakan waktu sekitar tiga bulan. Satu bulan untuk membuat bambu
itu kering, lalu satu bulan lagi untuk melihat kondisi beton setelah 28 hari.
“Saya memang
meneliti dengan durasi waktu satu bulan,” katanya.
Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2015/03/19/08000091/Lupakan.Besi.Doktor.di.Malang.Temukan.Kontruksi.Beton.Anti.Gempa.dari.Bambu
http://regional.kompas.com/read/2015/03/19/08000091/Lupakan.Besi.Doktor.di.Malang.Temukan.Kontruksi.Beton.Anti.Gempa.dari.Bambu
0 Comments:
Posting Komentar
Monggo sarannya