Ridho
Hari ini gue dapet pencerahan
dari dosen tentang artian ridho. Dosen agama gue ini mempunyai sudut padang
yang berbeda tentang kajian islam. Pembelajarannya pun dengan acuan cerita –
cerita. Bedanya dengan dosen agama yang lain yang notabene mengisahkan paranabi
danrosul, tetapi dosen ini mengisahkan sejarah hidupnya dan pengalamandirinya
dengan faham yang berbeda.
Yang sebelumnya (minggu lau) dia
memaparkan tentang allah yang “tidak” gaib, sebab
dalam sifat allah sendiri ada
sifat wujud. Wujud dalam bentuk terciptanya mahluk hamba hambnya dan alam
semesta berserta isi – isinya. Pemaranan yang selanjutnya mengenai ulama –
ulama yang berasaldari arab kenapa harus di “cium” tanganya, dan kenapa harus
dipanggil habib ??. dia sebetutnya
menolak dengan realita yang sekarang, lha
iya kalo yang dicium itu keturunan nabi muhammad, kalo keturunan fir’aun atau
orang – orang jahiliah ?? . iya sih pertanyaan yang bagus menurut gue, tapi
dalam hati gue sendiri kenapa harus berfikiran buruk tentang masa lalu
seseorang. Lhawong orang yang membenci rosul kita, orang yang menginginkan
rosul kita binasa dulu toh malah makamnya beliau berada berdampingan ( ummar
dan muhammad SAW )
Tapi untuk hari ini dia
menceritakan beberapa hal. Yang paling gue inget dan ngena dipikiran gue
mengenai tentang ridho.. kita mau belajar harus mempunyai ridho dari gurunya,
kita ingin pergi jauh (bekerja) kita harus mendapat ridho orang tua terutama
ibu, dan segala sesuatu yang kita lakukan harus mendapat ridho allah. Dia menceritakan
tentang ridho kepada suami.
Beliau mempunyai seorang menantu yang
kebetulan bekerja di kantor pajak, tapi suatu waktu menantunya itu di jelek –
jelekin teman sekantornya dan alhasil dia dimarahin bos/atasannya karena sebab
yang tidak dia mengerti, dia berfikiran untuk pindah dengan mempertimbangkan
pendapat dari beliau. Beliau hanya menggambarkan inilah “tantangan hidup”. tapi
si menantu teruslah gelisahdengan masalah yang dihadapinya, setelah tidak
merasa puas dengan pendapat beliau,dia bercerita dengan istri beliau (ibu mertuanya)
tapi hasilnya pun tetap sama, harus bertahan . Sampai akhirnya beliau meminta
menantunya untuk dimandikan si suami ( anak beliau sendiri). Aneh tapi nyata,
atasan yang memarahinya justru berperilaku baik padanya dan bangkan teman yang
menjelek – jelekinya malah kena marah – maraah terus, malah dia disuruh
atasanya untuk berkonsultasi sama simenantu beliau. Keanehan ini langsung di
ceritakan menantunya ke beliau.
Intinya begini, bagi kalian para
wanita yang akan terjun menjadi wanita karier, apapun yang harus kalian lakukan
harusnya mendapat ridho yang suami, seperti yang digambarkan dicerita tadi,
hanya masalah sepele dengan si suami memandingan istri dengan iklas ridho
menjauhkan marabahaya dari istrinya, yang didapat adalah kebahagian.
Mungkin itu yang gue tangkep tadi
0 Comments:
Posting Komentar
Monggo sarannya