Rabu, 16 September 2015

ridho



Ridho 

Hari ini gue dapet pencerahan dari dosen tentang artian ridho. Dosen agama gue ini mempunyai sudut padang yang berbeda tentang kajian islam. Pembelajarannya pun dengan acuan cerita – cerita. Bedanya dengan dosen agama yang lain yang notabene mengisahkan paranabi danrosul, tetapi dosen ini mengisahkan sejarah hidupnya dan pengalamandirinya dengan faham yang berbeda.
Yang sebelumnya (minggu lau) dia memaparkan tentang allah yang “tidak” gaib, sebab
dalam sifat allah sendiri ada sifat wujud. Wujud dalam bentuk terciptanya mahluk hamba hambnya dan alam semesta berserta isi – isinya. Pemaranan yang selanjutnya mengenai ulama – ulama yang berasaldari arab kenapa harus di “cium” tanganya, dan kenapa harus dipanggil habib ??.  dia sebetutnya menolak dengan realita yang sekarang, lha iya kalo yang dicium itu keturunan nabi muhammad, kalo keturunan fir’aun atau orang – orang jahiliah ?? . iya sih pertanyaan yang bagus menurut gue, tapi dalam hati gue sendiri kenapa harus berfikiran buruk tentang masa lalu seseorang. Lhawong orang yang membenci rosul kita, orang yang menginginkan rosul kita binasa dulu toh malah makamnya beliau berada berdampingan ( ummar dan muhammad SAW )

Tapi untuk hari ini dia menceritakan beberapa hal. Yang paling gue inget dan ngena dipikiran gue mengenai tentang ridho.. kita mau belajar harus mempunyai ridho dari gurunya, kita ingin pergi jauh (bekerja) kita harus mendapat ridho orang tua terutama ibu, dan segala sesuatu yang kita lakukan harus mendapat ridho allah. Dia menceritakan tentang ridho kepada suami.

                Beliau mempunyai seorang menantu yang kebetulan bekerja di kantor pajak, tapi suatu waktu menantunya itu di jelek – jelekin teman sekantornya dan alhasil dia dimarahin bos/atasannya karena sebab yang tidak dia mengerti, dia berfikiran untuk pindah dengan mempertimbangkan pendapat dari beliau. Beliau hanya menggambarkan inilah “tantangan hidup”. tapi si menantu teruslah gelisahdengan masalah yang dihadapinya, setelah tidak merasa puas dengan pendapat beliau,dia bercerita dengan istri beliau (ibu mertuanya) tapi hasilnya pun tetap sama, harus bertahan . Sampai akhirnya beliau meminta menantunya untuk dimandikan si suami ( anak beliau sendiri). Aneh tapi nyata, atasan yang memarahinya justru berperilaku baik padanya dan bangkan teman yang menjelek – jelekinya malah kena marah – maraah terus, malah dia disuruh atasanya untuk berkonsultasi sama simenantu beliau. Keanehan ini langsung di ceritakan menantunya ke beliau.

Intinya begini, bagi kalian para wanita yang akan terjun menjadi wanita karier, apapun yang harus kalian lakukan harusnya mendapat ridho yang suami, seperti yang digambarkan dicerita tadi, hanya masalah sepele dengan si suami memandingan istri dengan iklas ridho menjauhkan marabahaya dari istrinya, yang didapat adalah kebahagian.
Mungkin itu yang gue tangkep tadi

Artikel Terkait:

0 Comments:

Posting Komentar

Monggo sarannya