Karakteristik
Aktiva
Karakteristik
aktiva tersebut berhubungan dengan definisi aktiva. Aktiva perli didefinisikan
karena definisi tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasikan peristiwa
ekonomi yang harus diukur, diakui dan dilaporkan dalam neraca. Karakteristik
aktiva tersebut yaitu :
a. Adanya
karakteristik manfaat di masa mendatang ( pemakaian dapat berbeda-beda seperti
potensi jasa dan sumber-sumber ekonomi ).
b. Adanya
pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva.
c. Berkaitan
dengan entitas tertentu.
d. Menunjukan
proses akuntansi
e. Berkaitan
dengan dimensi waktu
f. Berkaitan
dengan karakteristik keterukuran
Definisi yang dikemukakan oleh APB
menunjukan bahwa aktiva merupakan sumber ekonomiperusahaan yang diakui
berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum ( di USA ). APB lebih menekankan
pengertian tersebut pada sisi prosedur yang menunjukan jumlah sumber-sumber
ekonomi yang dicatat dalam neraca dan dengan tujuan utama perhitungan laba
periodik.
Perubahan mendasar dibuat oleh FASB yang
memandang aktiva dari sisi semantik (interpretasi). FASB (1980) mendefinisikan
aktiva sebagai berikut :
“Aktiva
adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh
atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau
peristiwa masa lalu”
Dari
definisi di atas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki tiga
karakteristik utama yaitu :
a. Memiliki
manfaat ekonomi di masa mendatang
b. Dikuasai
oleh suatu unit usaha
c. Hasil
dari transaksi masa lalu
Memiliki
Manfaat Ekonomi di Masa Mendatang
Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila
memiliki manfaat/potensi jasa yang cukup pasti di masa mendatang. Artinya
sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik secara individu atau bersama-sama
dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk di masa mendatang. SFAC
No.6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari aktiva.
Artinya aktiva harus memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk dituklar
dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai atau digunakan untuk melunasi utang. Jadi manfaat ekonomi
masa mendatang yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan
setara kas kepada perusahaan. Praktisnya, manfaat ekonomi tersebut dapat
mengalir ke perusahaan dnegan cara seperti (IAI, 1994) :
a. Dapat
digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam produksi barang dan
jasa yang dijual oleh unit usaha.
b. Dapat
dipertukarkan dengan aktiva lain.
c. Dapat
digunakan untuk melunasi hutang.
d. Dapat
dibagikan kepada pemilik perusahaan.
Menurut
Paton (1962), Aktiva merupakan kekayaan (properties) baik berbentuk fisik atau
bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu unit usaha. Sedang menurut
Sprague (1907), aktiva adalah persediaan atau potensi yang akan diterima atau
dinikmati oleh suatu unit usaha. Sedangkan Vatter (1947) mendefinisikan aktiva
sebagai manfaat ekonomi masa yang akan datang dalam bentuk potensi jasa yang
dapat diubah, ditukar, atau disimpan.
APB
(1970) dalam statement No.4 memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai
berikut :
a. Sumber-sumber
ekonomi yang produktif,
*
Bahan baku, tanah,
peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang digunakan dalam produksi.
*
Hak kontrak untuk
menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha lain seperti hak guna
bangunan dan sebagainya.
b. Produk,
yaitu barang yang siap untuk dijual atau barang yang masih dalam proses
produksi.
c. Uang
d. Klaim
untuk menerima uang
e. Hak
pemilikan pada perusahaan lain
Untuk
mengatasi perbedaan tersebut definisi yang mungkin lebih tepat untuk aktiva adalah
sebagai sumber-sumber ekonomi yang dapat memberikan manfaat ekonomi di masa
mendatang, yang diperoleh/dikendalikan dikuasai oleh unit usaha tertentu
sebagai akibat peristiwa transaksi masa lalu (Kam, 1992).
Diperoleh
dan Dikuasai Oleh Unit Usaha
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva
bila unit usaha tertentu dapat menggunakan manfaat aktiva tersbut dan
menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva
tersebut. Penguasaan dan pengendalian
terhadap suatu aktiva dapat diperoleh suatu unit usaha melalui pembelian,
pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan
merupakan kriteria utama untuk mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya
dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu barang.
Hal ini disebabkan akuntansi tidak memusatkan pada substansi ekonomi suatu
transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha suatu perusahaan
(economic substance over legal form).
Pemilikan hanya merupakan karakteristik
pendukung untuk mengakui aktiva karena ada hak yuridis yang pasti untuk
menguasainya. Bentuk fisik juga bukan faktor penentu dari aktiva. Misalnya,
Paten dan Hak Cipta merupakan aktiva meskipun kedua elemen tersebut tidak
memiliki bentuk fisik. Hal ini disebabkan kedua elemen tersebut memiliki
manfaat ekonomi di masa mendatang, dikuasai oleh perusahaan dan berasal dari transaksi masa lalu.
Hasil
Transaksi Masa Lalu
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu
aktiva apabila telah menjadi transaksi atau peristiwa lain yang menyebabkan
suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat dari aktiva
tersebut. Misalnya suatu mesin dapat diklasifikasikan sebagai aktiva apabila
mesin tersebut benar-benar telah dibeli dari transaksi yang benar-benar sah.
Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai dengan anggaran yang
ditetapkan (masih dianggarkan), maka mesin tersebut tidak dapat dipandang
sebagai aktiva, karena belum ada transaksi yang dilakukan. Meskipun definisi
FASB tersebut dapat diterima secara umum, banyak kritikan yang ditujukan ke
FASB. Hal ini disebabkan dalam definisinya, FASB mengabaikan faktor
exchangeability, yang artinya suatu pos dapat dipisahkan dari entitas dan
memiliki nilai jual yang terpisah. Mac Neal (1939) mengatakan bahwa suatu
barang yang kehilangan faktor exchangeability berarti kehilangan nilai ekonomi
karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan untuk dilakukan sehingga
tidak ada nilai pasar yang melekat pada barang tersebut.
2.
Konsep
Penilaian
Penilian
aktiva dalam akuntansi adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk menentukan
makna ekonomi dari suatu aktiva yang akan disajikan dalam Neraca.
a. Tujuan
Penilaian
Adapun tujuan
pengukuran/penilaian aktiva adalah sebagai berikut :
*
Sebagai salah satu langkah
dalam pengukuran laba
*
Sebagai salah satu
langkah dalam proses penyajian posisi keuangan
*
Memenuhi kebutuhan
informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan keuangan
*
Memenuhi kebutuhan
informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk kepentingan manajemen.
b. Dasar
Penilaian
Hendriksen (1982)
menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai pertukaran yang dapat digunakan yaitu
nilai keluaran (output values) dan nilai masukan (input values).Nilai keluaran
menunjukan aliran dana (kas) yang diperkirakan akan diterima perusahaan dimasa
mendatang sesuai dengan harga pertukaran output/produk yang dihasilkan
perusahaan. Sedangkan Nilai masukan menunjukan jumlah rupiah yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aktiva yang akan digunakan dalam
kegiatan operasi perusahaan.
1. Nilai
Keluaran
Nilai keluaran
didasarkan pada jumlah kas atau penghargaan lain (non kas) yang diterima suatu
unit usaha bila suatu aktiva/potensi jasa akhirnya keluar dari unit usaha
tersebut karena suatu pertukaran.
ü Discounted
Future Cash Receipts or Service Potential
Yaitu nilai sekarang
kas masa mendatang yang akan diterima perusahaan seandainya aktiva dijual.
Dasar ini dapat digunakan apabila harapan penerimaan kas/setaranya dapat
ditaksir cukup pasti dan jangka waktu penerimaan cukup panjang, tetapi
saat/tanggal penerimaannya pasti. Konsep penilaian tersebut memerlukan adanya
taksiran terhadap jumlah yang akan diterima, faktor diskonto, dan periode waktu
penerimaan.
Meskipun dasar
penilaian ini memiliki validitas dalam penilian bagi investor, namun
penerapannya memiliki beberapa kelemahan, terutama bila diterapkan untuk aktiva
individual. Alasannya adalah sebagai berikut :
v Penerimaan
kas yang diharapkan umumnya tergantung pada distribusi probabilitas yang
bersifat subyektif dan tidak dapat diuji kebenarannya.
v Meskipun
tingkat diskonto dapat diperoleh, tetapi penyesuaian terhadap preferensi
diskonto memerlukan evaluasi khusus bagi manajemen dan mungkin sulit diterima
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
v Apabila
ada dua faktor atau lebih termasuk sumber daya manusia (yang dianggap sebagai
aktiva fisik) memberikan kontribusi pada produk perusahaan yang pada akhirnya
menghasilkan aliran kas, namun alokasi yang logis untuk memisahkan faktor
potensi jasa secara individu sulit dilakukan.
v Nilai
diskontoan dari aliran kas yang berbeda untuk masing-masing aktiva tidak dapat
ditambahkan bersama untuk memperoleh nilai perusahaan secara keseluruhan.
ü Harga
Keluaran Sekarang (Current Output Price )
Apabila produk
perusahaan umumnya dijual dipasar yang teroganisir, harga pasar sekarang
merupakan dasar yang rasional untuk menilai besarnya harga jual di masa
mendatang. Ada beberapa kelemahan yang melekat pada dasar penilaian ini.
Pertama, dasar penilaian tersebut hanya dapat diterapkan untuk aktiva yang
pemiliknya dimaksudkan untuk dijual seperti persediaan, surat berharga,
peralatan dan tanah yang tidak memiliki manfaat lagi untuk kegiatan operasi
perusahaan.
Kedua, dasar penilaian
ini merupakan pengganti harga jual masa mendatang sehingga relevansi
pemakaiannya menimbulkan masalah. Harga jual sekarang menunjukan jumlah yang
akan dibayar pembeli dan tidak perlu menunjukan jumlah yang akan dibayar di
masa mendatang kecuali dalam keadaan ceteris paribus.
Ketiga, semua aktiva
dapat dinilai atas dasar harga jual sekarang, sehingga metode penlaian yang
berbeda harus digunakan untuk menilai aktiva yang berbeda pula.
ü Nilai
Setara Kas Sekarang (Current Cash Equivalent )
Nilai setara kas
sekarang menunjukan jumlah kas atau daya beli umum yang dapat diperoleh dengan
menjual setiap aktiva berdasarkan keadaan perusahaan normal. Nilai setara kas
sekarang dianggap relevan karena menunjukan kondisi perusahaan dalam
hubungannya dengan penyesuaian keadaan lingkungan. Kesulitan utama dari konsep
ini adalah perlunya penyesuaian untuk memisahkan pos yang tidak memiliki harga
pasar sekarang, misalnya peraltaan khusus yang tidak dapat dijual seperti
aktiva tidak berwujud. Kelemahan kedua adalah nilai setara kas sekarang tidak
memiliki sifat yang dapat ditambahkan.
ü Nilai
Likuidasi (Liquidation Value)
Nilai likuidasi sama
dengan harga jual sekarang/nilai setara kas sekarang, dengan perbedaan bahwa
nilai keluarannya diperoleh dari kondisi pasar yang berbeda. Nilai Likuidasi
hanya digunakan dalam kondisi berikut :
*
Bila produk/aktiva lainnya
kehilangan manfaat normal sehingga menjadi usang atau tidak laku dijual.
*
Bila unit usaha
merencanakan untuk membubarkan usahanya dalam waktu dekat sehingga tidak dapat
menjual seluruh aktiva di pasar yang normal.
2. Nilai
Masukan
Nilai masukan dapat menunjukan
nilai maksimum perusahaan atau produk perusahaan tidak memiliki harga pasar
sehingga tidak mungkin untuk memperoleh nilai keluaran. Dasar penilaian yang
dapat digunakan untuk nilai masukan adalah sebagai berikut :
a. Cost
Historis
Cost menunjukan semua
pengorbanan ekonomi dalam bentuk unit moneter yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh barang/jasa sampai siap digunakan untuk operasi perusahaan. Kebaikan
konsep ini yaitu bahwa cost dapat diuji kebenarannya (verifiable), karena
merupakan harga kesepakatan antara pembeli dan penjual dalam kondisi yang
bebas. Kelemahan utama dasar penilaian ini adalah bahwa nilai aktiva akan
berubah sepanjang waktu sehingga cost tersebut tidak dapat menunjukan nilai
yang sebenarnya dari aktiva yang bersangkutan. Kelemahan lain, cost historis
tdak menunjukan adanya pengakuan untung atau rugi pada periode tertentu yang
benar-benar terjadi.
b. Cost
Masukan Terkini (Current Input Cost)
Cost masukan terkini
menunjukan harga pertukaran yang harus dikorbankan pada saat sekarang untuk
memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama. Dasar ini dapat
digunakan apabila ada bukti pendukung yang kuat untuk menentukan besarnya cost
masukan terkini. Cost masukan terkini menjadi dasar penilaian yang penting
terutama dalam penyajian informasi yang menunjukan pengaruh inflasi terhadap
perusahaan.
c. Discounted
Future Cost
Dasar penilaian ini
menunjukan nilai sekarang pengorbanan ekonomi di masa mendatang seandainya
potensi jasa tertentu diperoleh sekaligus pada saat sekarang. Syarat utama
digunakannya penilian ini adalah adanya kepastian tentang harga potensi jasa di
masa mendatang atau setidaknya dapat ditaksir dengan cukup pasti.
d. Standart
Cost
Cost standar menunjukan
cost sekarang dalam kondisi perusahaan beroperasi pada tingkat efisiensi dan
kapasitas produksi normal. Dasar penilian ini dapat diterapkan pada persediaan
barang jadi dan beberapa fasilitas fisik yang dibangun sendiri. Jumlah rupiah
yang akan dicatat untuk suatu potensi jasa adalah jumlah rupiah yang seharusnya
terjadi pada kondisi efisien dan kapasitas produksi perusahaan yang diharapkan.
Kelemahan utamanya
terletak pada jenis cost standar yang digunakan dan cara untuk menerapkannya. Pemakaian
dasar ini nantinya akan menyebabkan aktiva dinilai terlalu rendah karena adanya
usaha untuk mengeluarkan cost yang berasal dari inefisiensi dan kapasitas
mengganggur.
3.
Pengakuan
Aktiva
Pengakuan merupakan
pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam struktur akuntansi (sistem pembukuan)
sehingga jumlah tersebut pada akhirnya akan memperngaruhi posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan. FASB (1984) dalam Statement Of Financial Accounting
Concepts No. 5 menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada empat kriteria
sebagai berikut :
o Definisi
(Definition)
Suatu Pos akan masuk
dalam struktur akuntansi apabila memiliki defini elemen laporan keuangan
o Keterukuran
(Measurebility)
Suatu Pos harus
memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya dengan
reabilitas yang tinggi.
o Relevansi
(Relevance)
Informasi yang terdapat
(terkandung) dalam pos tersebut memiliki kemampuan untuk membuat suatu
perbedaan dalam keputusan yang diambil pemaki laporan keuangan.
o Reliabilitas
(Reability)
Informasi yang
dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau direpresentasikan,
dapat diuji kebenarannya (Verifiable) dan netral.
Penerapan
definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi yang dinamakan aturan
pengakuan (recognized rules). Aturan tersebut diciptakan sesuai keinginan
akuntan untuk memperoleh bukti dalam kondisi ketidakpastian. Beberapa aturan
secara informal diwujudkan dalam bentuk konversi atau hal lain yang secara
formal di rancang oleh badan yang berwenang. Contoh aturan menurut konversi
adalah piutang dagang dicatat bila penjualan kredit dilakukan dan peralatan
dicatat saat pembelian.Kemudian contoh aturan yang didasarkan pada keputusa
badan berwenang adalah Capital Lease. Dalam SFAS No. 13 “Accounting for Lease”
disebutkan bahwa kapiltalisasi lease (sewa guna usaha) hanya dilakukan bila
salah satu atau lebih kriteria berikut dipenuhi :
*
Adanya Tranfer hak
milik kepada pembeli (lessee)
*
Kontrak menyebutkan
adanya hak boleh pilih (option) untuk membeli dengan syarat yang menguntungkan
pembeli.
*
Jangka waktu leasing
75% atau lebih dari sisa taksiran umur ekonomi pada saat kontrak
ditandatangani.
*
Nilai sekarang dari
pembayaran sewa minimum sama dengan 90% dari nilai pasar yang wajar dari aktiva
yang disewa terhitung sejak kontrak dimulai.
Praktek
menunjukan bahwa banyak aturan yang digunakan untuk mengidentifikasi aktiva
tertentu yang dapat diuraikan menjadi beberapa kriteria. Oleh karena itu perlu
dibuat perbedaan antara aturan/ketentuan pengakuaan (rocognition rules) dengan
kriteria pengakuan (rocognition criteria). Aturan pengakuan menunjukan aturan
khusus yang digunakan untuk mengindentifikasi aktiva tertentu. Sedang kriteria
pengakuan merupakan pedoman umum yang digunakan untuk memformulasikan aturan
pengakuan. Ada beberapa kriteria yang diajukan oleh Kam sebagai berikut :
a. Didasarkan
pada hukum
Pengakuan terhadap
aktiva tergantung pada konsep legal dari aktiva yang bersangkutan. Kriteria ini
berhubungan dengan informasi akuntansi yang relevan dan reliable.
b. Pemakain
Prinsip Konservatif
Prinsip konservatif
mensyaratkan perlunya mengantisipasi kerugian dari pada keuntungan.
c. Makna/Substansi
Ekonomi Suatu Transaksi
Apabila suatu transaksi
ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka suatu pos dapat segera
divatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Kriteria ini dimaksudkan untuk
menentukan makna ekonomi dari suatu transaksi yang berhubungan dengan pelaporan
informasi yang relevan dengan tetap mempertahankan faktor materialitas.
d. Kemampuan
mengukur nilai aktiva
Jika akuntan tidak
dapat mengukur nilai aktiva baik dengan cara arbitree maupun cara lain maka
aktiva tersebut tidak boleh dicatat. Keterukuran ini berhubungan dengan
reliabilitas informasi.
4.
Masalah-masalah
Khusus
Ada beberapa masalah
dalam konsep masalah :
·
Beban Tangguhan
(Deffered Charges)
Beban tangguhan sering
menjadi masalah dalam penentuan jenis aktiva. Menurut Commitee on Terminology
yang dituangkan dalam Accounting Terminology Bulletin No.1 (1953) disebutkan bahwa
sesuai definisi aktiva, beban tangguhan bukan merupakan aktiva dalam arti umum.
Akan tetapi jika beban tersebut dimaksudkan untuk ditandingkan dengan
pendapatan masa mendatang, maka dalam struktur akuntansi, beban tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai aktiva dalam neraca. Beban tangguhan tidak hanya
menyangkut cost dalam bentuk fisik tetapi termasuk juga cost jasa dalam bentuk
lain selama memenuhi kriteria sebagai beban tangguhan. Kriteria umum yang dapat
dijadikan dasar untuk menentukan beban tangguhan adalah sebagai berikut :
o Apakah
cost jasa tersebut merupakan pengeluaran yang sah dan wajar ?
Apabila cost jasa yang
dikeluarkan sifatnya sah dan wajar maka cost tersebut tidak dapat diperlakukan
sebagai rugi meskipun mugnkin dapat menjadi biaya pada periode terjadinya.
o Apakah
cost jasa tersebut merupakan suatu faktor yang manfaatnya di masa mendatang
dapat diantisipasi dengan mudah ?
Apabila cost jasa
tersebut memiliki manfaat di masa mendatang maka dapat diperlakukan sebagai
beban tangguhan, meskipun dapat juga dibebankan secara langsung.
o Apakah
cost jasa tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang
setiapn periode ?
Apabila terjadinya
berulang-ulang maka, umumnya cost tersebut dapat dibebankan langsung sebagai
biaya pada periode terjadinya, kecuali untuk persediaan barang dan biaya
dibayar dimuka (prepaid expense).
Atas
dasar kriteria diatas jelas bahwa apabila cost jasa dikeluarkan secara sah dan
wajar dan memiliki manfaat di masa mendatang maka cost tersebut dapat
ditangguhkan pembebannanya dan dilaporkan sebagai aktiva.
·
Kaplitalisasi Bunga
Kapiltalisasi bunga
sering menjadi masalah dalam strutur akuntansi. Masalah ini muncul terutama
bila perusahaan sedang membangun fasilitas fisik yang dibiayai dengan dana
pinjaman dan jangka waktunya cukup lama. Ada beberapa perlakuan akuntansi
terhadap bunga tersebut yaitu, (Hendriksen, 1982)
a. Bunga
tidak dikapitalisasi
Alasannya yaitu bunga
merupakan cost pendanaan dan bukan elemen cost. Dilihat dari konsep kesatuan
usaha, bunga merupakan pembagian laba bukan merupakan upaya untuk memperoleh
pendapatan.
b. Bunga
dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang dibangun
sendiri.
Alasanya yang mendukung
perlakuan ini :
1. Definisi
cost menunjukan seluruh pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dan
jasa. Dengan demikian bunga merupakan elemen cost fasilitas fisik yang
dibangun.
2. Bila
fasilitas fisik tersebut tidak dibangun sendiri maka jumlah yang dibayar pada
kontraktor termasuk juga bagian untuk menutup bunga yang dibayar oleh
kontraktor tersebut.
3. Pembebanan
bunga sebagai beban pendapatan pada tahun terjadinya justru akan menimbulkan
distorsi laba. Dengan demikian perlakuan ini tidak sesuai dengan konsep
matching.
c. Bunga
dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang
dibangun.
Alasannya yaitu bahwa
bunga merupakan biaya pendanaan. Oleh karena itu, untuk menghindari distorsi
laba yang dapat mengakibatkan kesan yang salah terhadap prestasi perusahaan
terutama bila pendapatan tidak dapat menutup bunga konstruksi tersebut, maka
bunga tidak dapat dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik.
Apabila
manfaat yang diperoleh dari kapitalisasi lebih besar dibandingkan dengan
mengurangkan secara langsung sebagai biaya periode, maka kapitalisasi merupakan
pilihan yang paling baik. Bunga hanya dapat dikapitalisasi untuk aktiva yang
memenuhi syarat.
a. Aktiva
Yang Memenuhi Syarat
Kapitalisasi bunga
dapat dilakukan untuk aktiva berikut ini :
ü Aktiva
yang dibangun/diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan.
ü Aktiva
yang dibangun/diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai unit/proyek yang
berdiri sendiri.
Atas
dasar ketentuan di atas maka ada aktiva yang tidak dapat dijadikan obyek
kapitalisasi yaitu :
ü Aktiva
yang bersangkutan sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan pembangunan atau
sedang digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan.
ü Aktiva
yang bersangkutan belum digunakan untuk tujuan menghasilkan pedapatan dan juga
tidak sedang mengalami penyeleseian/perbaikan atau aktivitas lain yang
diperlukan untuk menjadikan aktiva tersebut siap digunakan lagi dalam operasi.
b. Besarnya
Kapitalisasi
Besarnya bunga yang
dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga yang diperkirakan terjadi
selama satu periode akibat adanya konstruksi. Bunga tersebut adalah bunga yang
dapat dihindari seandainya konstruksi tidak dilaksanakan. Besar tarif
kapitalisasi ditentukan sebagai berikut :
ü Apabila
dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi dana pinjaman,
maka tarif yang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman untuk konstruksi
tersebut.
ü Apabila
dana rata-rata tertanam dalam konstruksi melebihi besarnya dana pinjaman untuk
konstruksi tersebut, maka tarif kapitalisasi untuk kelebihan dana yang tertanam
tersebut adalah rata-rata tertimbang dari tingkat bunga sumber dana lainnya.
c. Periode
Kapitalisasi
Kapitalisasi bunga
dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat berikut dipenuhi :
Ø Uang
muka untuk konstruksi telah dibayar
Ø Kegiatan
konstruksi tetap berlangsung dan tidak terhenti cukup lama selama periode
bersangkutan
Ø Cost
bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan berjalannya pembangunan
konstruksi.
d. Penyajian
dan pengungkapan
Agar laporan keuangan
tetap informatif, ada beberapa hal yang harus diungkapkan dalam laporan
keuangan. Antara lain sebagai berikut :
v Total
bunga yang terjadi selama periode
v Bagian
dari total bunga yang dikapitalisasi
v Total
bunga yang dibebankan ke periode bersangkutan kalau selama periode tersebut
tidak ada bagian bunga yang dikapitalisasi.
·
Pengeluaran
Kapital/Untuk Aktiva (Capital Expenditure)
Capital Expenditure
adalah pengorbanan sumber ekonomik yang berkaitan dengan obyek jasa (fasilitas
fisik) baik saat diperoleh maupun saat digunakan dalam operasi. Adapun aturan
umum yang digunakan untuk menentukan pengorbanan ekonomi sebagai pengeluaran
kapital adalah :
1. Untuk
aktiva non moneter yang baru diperoleh/dibeli, suatu pengeluaran akan
dikapitalisasi jika pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh aktiva
sampai aktiva yang bersangkutan siap digunakan untuk operasi perusahaan.
2. Untuk
aktiva yang telah dipakai (aktiva lama), pengeluaran akan dikapitalisasi bila
memenuhi syarat sebagai berikut :
*
Menambah kapasitas produksi
aktiva yang bersangkutan
*
Menambah umur ekonomi
*
Menambah nilai aktiva
·
Aktiva Donasi/Sumbangan
Masalah khusus lainnya
yang sering timbul adalah apabila perusahaan memperoleh suatu aktiva tanpa
harus mengeluarkan/mengorbankan sumber ekonomi. Oleh karena itu, kativa yang
berasal dari sumbangan memiliki manfaat untuk menghasilkan pendapatan, maka
aktiva tersebut harus ditentukan nilai wajarnya. Pengukuran semacam ini
dimaksudkan untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
·
Transaksi Aktiva Non
Moneter
Masalah lain timbul
apabila pengorbanan ekonomi untuk memperoleh suatu aktiva bukan berupa kas
tetapi berbentuk aktiva non moneter. Pengukuran yang umum digunakan untuk menentukan
aktiva non moneter tersebut adalah jumlah rupiah uang tunai yang akan diperoleh
seandainya aktiva non moneter tersebut dijual lebih dahulu secara tunai di
pasar umum.
Apabila aktiva yang
diterima adalah aktiva yang tidak sejenis, aktiva tersebut dinilai atas dasar
nilai wajarnya. Sedang untuk aktiva yang sejenis, penilaian dapat dilakukan
sebagai berikut :
*
Jika ada unsur rugi
dalam transaksi tersebut, maka nilai aktiva yang diterima adalah nilai wajar
dari aktiva yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu yang dikeluarkan.
*
Jika ada unsur untung
dalam transaksi tersebut, nilai aktiva yang diterima adalah nilai buku aktiva
yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu yang dikeluarkan
* Jika ada untung dan diterima sejumlah kas, maka nilai aktiva yang diterima adalah nilai buku aktiva yang diserahkan dikurangi proporsi tertentu dari nilai buku aktiva yang dijual
* Jika ada untung dan diterima sejumlah kas, maka nilai aktiva yang diterima adalah nilai buku aktiva yang diserahkan dikurangi proporsi tertentu dari nilai buku aktiva yang dijual
0 Comments:
Posting Komentar
Monggo sarannya