Sabtu, 03 Oktober 2015

Sejarah akuntasi syariah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Hampir seluruh “peta” akuntansi Indonesia merupakan pengaruh dari Barat.Akuntansi konvensional (Barat) di Indonesia bahkan telah diadaptasi tanpa perubahan berarti.Hal ini dapat dilihat dari sistem pendidikan, standar, dan praktik akuntansi di lingkungan bisnis.Kurikulum, materi dan teori yang diajarkan di Indonesia adalah akuntansi pro Barat.Semua standar akuntansi berinduk pada landasan teoritis dan teknologi akuntansi IASC (International Accounting Standards Committee). Dunia bisnis juga tidak  kalah, semua aktivitas dan sistem akuntansi juga diarahkan untuk memakai acuan akuntansi Barat. Hasilnya akuntansi sekarang sulit sekali menyelesaikan masalah lokalitas. Akuntansi hanya mengakomodasi kepentingan ”market” (pasar modal) dan tidak dapat menyelesaikan masalah akuntansi untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang mendominasi perekonomian Indonesia lebih dari 90%. Hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan lokalitas masyarakat Indonesia.
Padahal bila dilihat lebih jauh, akuntansi secara sosiologis saat ini telah mengalami perubahan besar.Akuntansi tidak hanya dipandang sebagai bagian dari pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan.Akuntansi telah dipahami sebagai sesuatu yang tidak bebas nilai, tetapi dipengaruhi nilai-nilai yang melingkupinya.Bahkan akuntansi tidak hanya dipengaruhi, tetapi juga mempengaruhi lingkungannya.Ketika akuntansi tidak bebas nilai tetapi dengan syarat nilai, otomatis akuntansi konvensional yang saat ini masih didominasi oleh sudut pandang Barat maka karakteristik akuntansi pasti kapitalistik, sekuler, egois. Ketika akuntansi memiliki kepentingan ekonomi-politik MNC’s (Multi National Company’s) untuk program neoliberalisme ekonomi, maka akuntansi yang diajarkan dan dipraktikkan tanpa proses penyaringan, jelas berorientasi pada kepentinga­­­­­­­­­­n neoliberalisme ekonomi pula.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa masalah yang telah kami rumuskan, yaitu :
1.        Apakah memang kita tidak memiliki sistem akuntansi sesuai realitas kita?
2.        Bagaimana perkembangan akuntansi syariah di Indonesia?
3.        Apa pengertian pendekatan pragmatis?
4.        Bagaimana cara mengembangkan akuntansi Syariah dalam pendekatan pragmatis?
C.    Tujuan
Penulisan karya tulis ini bertujuan:
1.      Untuk mengetahui perkembangan akuntansi syariah di Indonesia.
2.      Mengetahui apakah akuntansi yang berkembang di Indonesia sesuai dengan realitas di masyarakat.
3.      Mengetahui pengertian pendekatan pragmatis.
4.      Mengetahu cara mengembangkan akuntansi syariah dalam pendekatan pragmatis
D.    Manfaat
1.        Bagi penulis supaya penulis dapat mengetahui perkembangan akuntansi syariah di Indonesia.
2.        Bagi pembaca supaya dapat menambah wawasan tentang perkembangan akuntansi syariah di Indonesia.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Perkembangan Akuntansi di Indonesia
Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia dilatarbelakangi oleh perkembangan lembaga keuangan syariah. Di Indonesia banyak bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah mengingat banyaknya masyarakat yang beragama Islam. Menurut Bank Indonesia dalam Outlook Bank Syariah 2013  perkembangan Bank sayariah relatif cukup tinggi berkisar antara 36%- 58% dengan  pertumbuhan asset perbankan syariah mencapai ±37% dan total asset mencapai ± Rp 179 Triliun.  Namun perkembangan Akuntansi Syariah hanya di lembaga keuangan yang berbasis syariah saja sedangkan disektor non lembaga keuangan seperti perusahaan jasa, perusahaan manufaktur dan perusahaan ritel belum mengalami perkembangan bahkan terlihat stagnan.(http://merahkuning.wordpress.com/2012/10/22/makalah-akuntansisyariah-dan-perkembangan-transaksinya-di-indonesia/ diakses pada 22 Oktober 2012 pukul 20.00 WIB).
Beberapa isu yang mendorong munculnya akuntansi syariah adalah masalah harmonisasi standar akuntansi internasional di negara-negara Islam , usulan pemformatan laporan usaha badan Islami (Muhammad, 2003: 77). Begitu pula dengan kajian ulang filsafat tentang konstruksi etika dalam pengembangan teori akuntansi sampai pada masalah penilaian (asset) dalam akuntansi. Masalah penting yang perlu diselesaikan adalah perlunya akuntansi syariah yang dapat  menjamin terciptanya keadilan ekonomi melalui formalisasi prosedur, aktivitas, pengukuran tujuan, kontrol dan pelaporan yang sesuai dengan prinsip syariah (Muhammad, 2003: 79).
Tahun 1992 sebagai tahun yang  bersejarah bagi Ekonomi Syariah dengan ditandai berdirinya Bank Muamalat Indonesia sebagai  pioner lembaga keuangan syariah merupakan tonggak awal yang sangat menentukan, begitu juga Akuntansi Syariah. Pada saat itu akuntansi syariah belum mendapatkan pengakuan yang jelas dalam PSAK, baru pada tahun 2002 dengan disahkannya PSAK 59 keberadaan Akuntansi Syariah mulai diakui dan diterapkan dalam lembaga keuangan Syariah. Masalah yang dihadapi dalam penerapan Akuntansi Syariah saat ini sering terbentur dengan komplik kepentingan antara  perusahaan yang ingin memaksimalkan profit dengan komitmen untuk menerapkan Syariah secara comprehensive (menyeluruh). (http://ilmuakuntansi.web.id/sejarah-akuntansi/diakses pada 21 April 2014 pukul 19.45 WIB)
B.     Pengertian pendekatan Pragmatis
Aliran akuntansi pragmatis menurut Mulawarman (2009) mengutamakan adaptasi akuntansi konvensional mulai konsep dasar teoritis sampai teknologisnya, kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai Islam.Aliran akuntansi pragmatis menganggap beberapa konsep dan teori akuntansi konvensioanl dapat digunakan dengan beberapa modifikasi.Modifikasi dilakukan untuk kepentingan pragmatis seperti penggunaan akuntansi dalam perusahaan Islami yang memerlukan legitimasi pelaporan berdasarkan nilai-nilai Islam dan tujuan Islam. Tujuan akuntansi dengan pendekatan pragmatis lebih pada pendekatan kewajiban, berbasis entity theory dengan akuntabilitas terbatas (Tazkia: Bahan Ajar Akuntansi Islam).
Metode pragmatis ini juga yang digunakan oleh Accounting and Auditing Standards for  Islamic Financial Institutions yang dikeluarkan AAOIFI secara internasional dan PSAK Syariah di Indonesia. Sofyan Syafri Harahap berpendapat bahwa tidak semua apa yang sudah dicapai manusia termasuk yang dicapai masyarakat kapitalis bertentangan dengan nilai Islam. Masih ada yang  bisa dipertahankan dan disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. Harahap (2009) memilih pendekatan pragmatis untuk merumuskan kerangka tujuan dan konsep akuntansi Islam dengan  beberapa alasan:
1.      Bangunan ilmu, masyarakat dan praktik akuntansi saat ini masih menggunakan konsep akuntansi kapitalis dan masyarakat masih dalam era hegemony sistem ideologi, politik, sosial dan ekonomi kapitalis yang berdasarkan pada ideologi sekuler. Sistem dan struktur politik, sosial, ekonomi yang ada sekarang ini berbeda dari sistem dan struktur ekonomi zaman dulu.
2.      Proses kelahiran ilmu yang dimiliki saat ini sudah berjalan, kendatipun tidak  berdasarkan syariah tetapi masih ada yang bisa dipakai yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Karena memang bumi dan segala isinya adalah milik Allah dan inilah objek ilmu yang dipakai dunia barat (empiris) tanpa menggunakan wahyu sama sekali.
3.      Mustahil membuat suatu sistem yang tidak ada atau yang berbesa dari apa yang dimiliki saat ini secara murni tanpa mengikuti masyarakat, sistem ekonomi, konteks sosial yang berlaku) dan diikuti. (http://novitahanumsiregar.blogspot.com/2014/01/makalah-sejarah-dan-perkembangan.html web diakses Pada 7 Januari 2014 Pukul 22.56 WIB).


BAB III
PEMBAHASAN
A.    Akuntansi Syariah Aliran Pragmatis
Aliran akuntansi syariah pragmatis menurut Mulawarman (2007a) menganggap beberapa konsep dan teori akuntansi konvensional dapat digunakan dengan beberapa modifikasi.Modifikasi dilakukan untuk kepentingan pragmatis seperti penggunaan akuntansi dalam perusahaan Islami yang memerlukan legitimasi pelaporan berdasarkan nilai-nilai Islam dan tujuan syariah. Akomodasi akuntansi konvensional tersebut terpola dalam kebijakan akuntansi seperti Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institutions yang dikeluarkan AAOIFI secara internasional dan PSAK No. 59 atau yang terbaru PSAK 101-106 di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari tujuan akuntansi syariah aliran pragmatis yang masih berpedoman pada tujuan akuntansi konvensional dengan perubahan modifikasi dan penyesuaian berdasarkan prinsip-prinsip syariah.Tujuan akuntansi di sini lebih pada pendekatan kewajiban, berbasis entity theory dengan akuntabilitas terbatas.Bila kita lihat lebih jauh, regulasi mengenai bentuk laporan keuangan yang dikeluarkan AAOIFI misalnya bentuk laporan keuangan yang tidak berbeda dengan akuntansi konvensional (neraca, laporan laba rugi dan laporan aliran kas). Selain itu, juga menetapkan beberapa laporan lain seperti analisis laporan keuangan mengenai sumber dana untuk zakat dan penggunaannya, analisis laporan keuangan mengenai earnings atau expenditures yang dilarang berdasarkan syariah, laporan responsibilitas sosial bank syariah, serta laporan pengembangan sumber daya manusia untuk bank syariah.
Ketentuan AAOIFI lebih diutamakan untuk kepentingan ekonomi, sedangkan ketentuan syariah, sosial dan lingkungan merupakan ketentuan tambahan.Dampak dari ketentuan AAOIFI yang longgar tersebut, membuka peluang perbankan syariah mementingkan aspek ekonomi daripada aspek syariah, sosial maupun lingkungan.Sinyal ini terbukti dari beberapa penelitian empiris seperti dilakukan Sulaiman dan Latiff (2003), Hameed dan Yaya (2003b), Syafei, et al. (2004).
Penelitian lain dilakukan Hameed dan Yaya (2003b) yang menguji secara empiris praktik pelaporan keuangan perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia. Berdasarkan standar AAOIFI, perusahaan di samping membuat laporan keuangan, juga diminta melakukan disclose analisis laporan keuangan berkaitan sumber dana zakat dan penggunaannya, laporan responsibilitas sosial dan lingkungan, serta laporan pengembangan sumber daya manusia. Tetapi hasil temuan Hameed dan Yaya (2003b) menunjukkan bank-bank syariah di kedua negara belum melaksanakan praktik akuntansi serta pelaporan yang sesuai standar AAOIFI.
Syafei, et al. (2004) juga melakukan penelitian praktik pelaporan tahunan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia.Hasilnya, berkaitan produk dan operasi perbankan yang dilakukan, telah sesuai tujuan syariah (maqasid syariah).Tetapi ketika berkaitan dengan laporan keuangan tahunan yang diungkapkan, baik bank-bank di Malaysia maupun Indonesia tidak murni melaksanakan sistem akuntansi yang sesuai syariah. Menurut Syafei, et al. (2004) terdapat lima kemungkinan mengapa laporan keuangan tidak murni dijalankan sesuai ketentuan syari’ah:
1.      Hampir seluruh negara muslim adalah bekas jajahan Barat. Akibatnya masyarakat muslim menempuh pendidikan Barat dan mengadopsi budaya Barat.
2.      Banyak praktisi perbankan syariah berpikiran pragmatis dan berbeda dengan cita-cita Islam yang mengarah pada kesejahteraan umat.
3.      Bank syariah telah establish dalam sistem ekonomi sekularis-materialis-kapitalis.Pola yang establish ini mempengaruhi pelaksanaan bank yang kurang Islami.
4.      Orientasi Dewan Pengawas Syariah lebih menekankan formalitas fiqh daripada substansinya.
5.      Kesenjangan kualifikasi antara praktisi dan ahli syariah. Praktisi lebih mengerti sistem barat tapi lemah di syariah.Sebaliknya ahli syariah memiliki sedikit pengetahuan mengenai mekanisme dan prosedur di lapangan.
B.     Teori Akuntansi Syariah
Ada suatu perubahan luar biasa dalam kancah bidang ilmu akuntansi untuk beberapa decade belakangan ini.Sebelum tahun 1970-an ada anggapan tentang akuntansi sebagai ilmu pengetahuan dan praktik yang bebas dari nilai (value free) sudah mulai digoyang keberadaannya.
Pada era informasi dan globalisasi dalam bidang akuntansi ada upaya harmonisasi praktik-praktik akuntansi.Praktik akuntansi di setiap negara dianggap menyulitkan dalam menafsirkan laporan keuangan, atau praktik akuntansi yang ebragam itu tidak dapat diperbandingkan (uncomparable).Kasus ini mengundang reaksi banyak kalangan, sehingga munculah pandangan-pandangan yang bersifat pro dan kontra.Mereka yang berpandangan kontra mengecam bahwa tindakan untuk melakukan harmonisasi merupakan tindakan pelecehan terhadap nilai-nilai lokal.
Berpijak dari kasus di atas, usaha untuk mencari bentuk akuntansi yang berwajah humanis, emansipatori, transendental, dan teologikal merupakan upaya yang niscaya.Menurut Iwan Triyuwono dan Gaffikin dikatakan Akuntansi Syariah merupakan salah satu upaya mendokontyksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai.Tujuan diciptakannya akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental, dan teologikal. Dengan cara demikian, realitas alternatif diharapkan akan dapat membangkitkan kesadaran diri secara penuh akan kepatuhan dan ketundukan seseorang kepada kuasa Allah. Berkaitan dengan persoalan perubahan teoriakuntansi, maka akuntansi akan berubah ke paradigma baru yang sejauh ini belum jelas lagi. Dalam konteks demikian, Takatera dalam pengantarnya menyajikan dua strategi pengkajian hakikat akuntansi sebagai berikut:
1.      Jika studi akuntansi deskriptif berkembang dalam suasana terisolasi dari strategi intelektual untuk mengubah akuntansi sekarang, hal ini akan membenarkan akuntansi yang dulu dan sekarang bukan menginterpretasikannya. Sebaliknya jika studi akuntansi normatif dikembangkan dalam suasana terisolir tanpa memperdulikan masyarakat dan masalah organisasi di mana akuntansi dipraktikkan, maka hal ini akan berakibat kegagalan percobaan sebab tidak akan berakibat kegagalan percobaan sebab tidak akan diterima oleh masyarakat kendatipun jika ini dapat menjelaskan ‘akuntansi untuk apa yang tidak boleh’. Kemudian adalah penting menggabungkan studi akuntansi deskriptif dengan studi akuntansi normatif untuk memberikan pemahaman baru tentang apa akuntansi dulu, apa akuntansi sekarang dan menciptakan apa akuntansi di masa yang akan datang.
2.      Jika akuntansi yang dimaksud adalah akuntansi “what should be” sebagai kelanjutan dari akuntansi “what it is”, dengan jalan yang tidak akan pernah berhenti, kita tidak akan dapat membentuk akuntnasi “what it is” walaupun kita dapat menawarkan interpretasi baru, terhadap apa akuntansi “what it was” dan apa akuntansi sekarang (what it is)… Strategi untuk membuat isu sekarang jelas harus berhadap dengan crita akuntansi yang akan datang, yaitu menciptakan akuntansi “what should be”. Sebagai ganti dari “what
it is” di bidang yang kita hentikan keberadaannya.
C.    Praktik Akuntansi Syariah
Kemunculan dan perkembangan lembaga keuangan Islam di Indonesia yang sangat fenomenal, telah memicu lahirnya diskusi-diskusi serius lebih lanjut, mulai dari produk atau jasa yang ditawarkan, pola manajemen lembaga, sampai kepada pola akuntasinya. Menariknya
akuntansi untuk dibahas, tentu karena adanya beberapa alasan.
1.      Akuntansi selama ini dikenal sebagai alat komunikasi, atau sering diistilahkan sebagai bahasa bisnis.
2.      Akuntansi sering diperdebatkan apakah ia netral atau tidak.
3.      Akuntansi sangat dipengaruhi oleh lingkungan (politik, ekonomi, budaya) di mana ia dikembangkan.
4.      Akuntansi mempunyai peran sangat penting, karena apa yang dihasilkannya, bisa menjadi sumber atau dasar legitimasi sebuah keputusan penting dan menentukan.
Pada tatanan teknis operasional, akuntansi syariah adalah instrumen yang digunakan untuk menyediakan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain dari pada itu, kita mendapatkan hal pokok lain dalam ibadah Islam. Dengan demikian, upaya kita menemukan format teori maupun praktik ekonomi (manajemen dan akuntansi Islam) harus dilandaskan pada Islam sebagai sesuatu yang integral. Sebagai turunan dari uraian di atas, barangkali uraian tentang keputusan ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi syariah adalah bercirikan sebagai berikut:
1.      Menggunakan nilai etika sebagai dasar bangunan akuntansi
2.      Memberikan arah padastimulasi timbulnya perilaku etis.
3.      Bersikap adil terhadap semua pihak.
4.      Menyeimbangkan sifat egoistic dengan altruistik, dan mempunyai kepedulian terhadap lingkungan
Berdasarkan landasan dan ciri-ciri tersebut di atas, maka diharapkan akuntansi syariah akan mempunyai bentuk yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan akuntansi konvensional. Sebab melalui ciri-ciri tersebut tercermin sesuatu yang syarat akan tanggung jawaban, nilai-nilai sosial dan jelas. Sebab disadari bahwa pada tatanan yang lebih teknis, yaitu dalam bentuk laporan keuangan, akuntansi syariah masih mencari bentuk.Di dalam tesis ini, bentuk konkrit akuntansi syariah secara utuh belum dapat ditampilkan, sebab untuk sampai pada tataran praktik dan bentuk laporan keuangan yang utuh memerlukan dukungan teori yang lengkap dan kuat.
BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan:
1.      Akuntansi Syariah berkembang di Indonesia dilatarbelakangi oleh mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam.
2.      Akuntansi Syariah yang saat ini berkembang masih belum sesuai dengan keadaan masyarakat di Indonesia, karena dari laporan keuangan tahunan bank-bank syariah belum sepenuhnya melaksanakan sistem akuntansi yang sesuai dengan syariah.
3.      Seharusnya Akuntansi Syariah lebih mempunyai bentuk yang sempurna bila dibandingkan dengan akuntansi konvensional. Sebab melalui ciri-ciri dari Akuntansi Syariah tercermin suatu  syarat akan tanggung jawab dan nilai-nilai sosial yang jelas.
B.     SARAN
Melihat mayoritas masyarakat Indonesia yang memeluk agama Islam, sebaiknya sistem akuntansi yang banyak diterapkan adalah sistem Akuntansi Syariah. Karena sistem akuntansi tersebut sesuai dengan syariah-syariah agama Islam walaupun dalam praktiknya bank-bank syariah di Indonesia belum sepenuhnya menggunakan sistem akuntansi yang sesuai dengan syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions    (AAOIFI). 1998.
(PSAK No. 59) tentang Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Ikatan        Akuntan Indonesia dan Bank Indonesia.
Triyuwono, Iwan. dan M. As’udi. 2001. Akuntansi Syariah: Memformulasikan      Konsep Laba Dalam Konteks Metafora Zakat. Jakarta: Salemba Empat.

Artikel Terkait:

0 Comments:

Posting Komentar

Monggo sarannya